Rabu, 06 Februari 2008

Nilai Moral Sebagai Bekal Hidup Siswa

Nilai diciptakan oleh suatu sistem yang mengharuskan adanya nilai untuk menjadi tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajarnya. Tetapi nilai tidak bisa dijadikan tujuan utama dalam pembelajaran. Karena banyak siswa yang nilainya bagus, tetapi ia peroleh dengan cara ngrepek. Jika sudah demikian pendidikan menjadi tidak bermakna. Sebaiknya patokan nilai dibuat untuk memacu, memotivasi siswa agar tumbuh kesadaran untuk bekerja keras dan mempunyai rasa persaingan yang sehat di antara teman-temannya.
Siswa harus dipersiapkan untuk hidup di masa yang akan datang, dan mampu menjawab tantangan di abad berikutnya. Jika siswa hanya dipersiapkan untuk mencari nilai yang bagus, belum tentu ia bisa menjawab tantangan hidup di masa yang akan datang. Siswa yang dicetak untuk mencari nilai bagus semata, akan menjadi manusia mekanik, yang diprogram untuk urusan duniawi saja. Sedangkan nilai moral dan akhlak akan terabaikan.
Seorang siswa dikatakan sudah mengalami proses pembelajaran yang bagus, jika dengan segala kegigihan, kejujuran dan ketaatan ia lakukan setiap saat termasuk saat pembelajaran berlangsung. Kepada siswa harus ditanamkan semangat dan kerja keras dalam belajarnya supaya tidak mudah menyerah pada keadaan . Kejujuran harus selalu melekat dalam dirinya sebagai kontrol dalam setiap tindakannya. Ketaatan terhadap orang tua dan guru juga harus selalu dipegang oleh setiap siswa sebagai rasa bakti dan hormat kepada orang yang lebih tua darinya.
Setiap orang tua dan guru tentu menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang pintar dan baik. Tetapi terkadang harapan hanya tinggal harapan. Harapan kandas di tengah jalan. Akhirnya sang anak menjadi orang yang pintar tapi tidak baik karena selama ini ia hanya dipacu untuk mengejar nilai yang bagus. Jadi ia hanya pintar untuk dirinya sendiri tapi akan menjadi beban yang meresahkan bagi masyarakat . Karena kegigihan , kejujuran dan ketaatan tidak pernah ia pegang. Lebih menyakitkan lagi jika ia menjadi orang yang tidak sukses dan tidak baik.
Siswa yang dipersiapkan tidak hanya hanya untuk mengejar nilai yang bagus , tetapi untuk mendapatkan pendidikan yang bermakna dalam hidupnya, maka ia akan dapat meraih nilai yang bagus walaupun tidak sebagus nilai siswa yang paling pandai atau siswa yang ngrepek. Siswa yang demikian akan menjadi orang yang pintar dan baik. Siswa yang demikian lebih tangguh memghadapi tantangan dalam hidupnya kelak.

Nilai Bukan Jaminan

Selama ini, yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian pembelajaran adalah nilai. Pada akhir semester nilai keberhasilan pembelajaran dituangkan dalam bentuk raport. Opini yang sudah mendarah daging di masyarakat yaitu jika nilai raport seorang siswa jelek atau di bawah standart ketuntasan minimal, berarti siswa tersebut tidak pandai. Siswa yang tidak pandai , diperkirakan masa depannya tidak secerah siswa yang pandai atau siswa dengan nilai bagus.
Benarkah siswa yang mempunyai nilai bagus masa depannya selalu lebih baik dari siswa yang nilainya jelek? Realita yang kita lihat ternyata tidak sedikit orang sukses dengan kondisi ekonomi yang mapan,berasal dari latar belakang pendidikan dengan nilai raport yang tidak begitu bagus. Mengapa hal itu bisa terjadi? Keberuntungankah?
Masalah keberuntungan memang di luar jangkauan manusia. Hanya sedikit orang yang sukses karena faktor keberumtungan. Kesuksean dapat dicapai dengan kegigihan dan kerja keras. Tetapi siswa yang nilainya kurang bukan berarti ia tidak pernah gigih dan berusaha untuk mencapai nilai bagus.Tapi karena kemampuan terbatas membuat ia tidak dapat meraih nilai lebih bagus lagi.
Tujuan utama seorang siswa mengenyam pendidikan di bangku sekolah bukanlah untuk mencari nilai dan predikat juara kelas. Tujuan siswa sebenarnya mencari ilmu sebagai bekal dalam hidupnya. Dalam pembelajaran, nilai bukanlah yang utama, tetapi yang lebih penting adalah proses dalam belajar, yang akan menjadi pengalaman berarti dan diingat siswa ,serta dapat menjadi bekal dalam hidupnya.